Penuhi Kebutuhan Gizi Cegah "Stunting" Pada Anak

Penuhi Kebutuhan Gizi Cegah
ilustrasi

RAGAM (RA) - Stunting atau  anak bertubuh pendek karena kekurangan gizi, menurut pakar gizi Prof dr Siti Fatimah Muis SpG (K), dapat dicegah sejak anak dalam kandungan. "Saat ini kasus stunting masih tinggi di Indonesia. Problemnya kekurangan gizi berkepanjangan," kata mantan Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Jateng itu di Semarang.

Hal itu diungkapkannya usai kegiatan parenting class bertema Pentingnya Nutrisi Bagi Perkembangan Otak Janin dan Kecerdasan Anak yang diselenggarakan RSIA Kusuma Pradja Semarang. Menurutnya parameter pencegahan stunting sebenarnya bisa dilihat saat ibu hamil karena kondisi janin di perut membutuhkan pemenuhan gizi optimal hingga 1.000 hari sejak kehidupan pertama.

Artinya, sejak dalam kandungan hingga anak berusia 2-2,5 tahun harus benar-benar dijaga pemenuhan gizinya. "Penjagaan gizi yang baik selama kehamilan bisa mencegah dan menghilangkan generasi stunting. Di Brazil dan Thailand, generasi stunting sudah hilang sejak 5-10 tahun yang lalu," katanya.

Ibu hamil, idealnya mengalami pertambahan berat badan antara 12-14 kilogram dan bayi yang lahir berat idealnya di atas 2,5 kg sehingga jika tidak terpenuhi harus segera berkonsultasi. "Pemenuhan gizi selama kehamilan membantu pembentukan networking otak secara baik. Setelah anak lahir hingga usia 2-2,5 tahun, gizi berperan mengembangkan jaringan otak lebih sempurna," jelasnya.

Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, lanjutnya, wajib diberikan minimal sampai bayi berusia enam bulan. Sayangnya banyaknya ibu yang bekerja terkadang melupakan pemberian ASI eksklusif. Padahal, ibu yang bekerja atau berkarier tetap bisa memberikan ASI-nya secara eksklusif dengan banyak cara, di antaranya memerah ASI di tempat kerja dan memberikannya ketika pulang kerja.

"Di atas usia enam bulan, pemberian ASI bisa diteruskan sampai anak berusia dua tahun sesuai anjuran WHO. Akan tetapi, perlu diberikan makanan tambahan. Boleh juga diberikan susu formula," katanya.

Fatimah yang juga Manajer Sumber Daya Manusia (SDM) RSIA Kusuma Pradja Semarang mengakui salah satu kendala mengatasi stunting di Indonesia adalah kurangnya pendidikan dan faktor ekonomi. "Terutama masyarakat dari kelompok ekonomi terbatas. Mereka tidak banyak memberikan makanan tambahan kepada anak, utamanya yang mengandung protein dan lemak, padahal ini penting," tegasnya.

Selain itu, ia juga mengakui masih adanya persepsi di masyarakat jika anak pendek dipengaruhi faktor keturunan dari orang tua, padahal perkembangan tubuhnya bisa dioptimalkan dengan pemenuhan gizi. "Di masyarakat ada anggapan orang tua yang bertubuh pendek wajar jika anaknya juga pendek. Stunting ini bukan diturunkan, tetapi anggapan ini yang membuatnya seolah-olah diturunkan," katanya. (rimanews)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index